Nats: Lukas 15:11-24
"Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa."
Tidak ada seorangpun yang kebal dari kesalahan. Sepandai apapun
seseorang, ia pasti melakukan kesalahan. Oleh sebab itu, kita perlu
bertanya tidak hanya "mengapa" tapi juga "bagaimana" kita dapat
mengatasi kesalahan atau kegagalan hidup kita.
Lukas 15
menceritakan tentang seorang anak yang melakukan kesalahan dalam
hidupnya. Ia meminta harta warisan dari ayahnya, menghamburkannya dengan
berfoya-foya, dan akhirnya menjadi melarat. Tapi, kisah ini tidak
berhenti sampai di sini. Di dalam Tuhan selalu ada pengharapan.
Bagaimana sikap anak yang bungsu ini dalam menghadapi kesalahannya?
Pertama, ayat 17 mengatakan bahwa ia menyadari kesalahannya. Kesadaran
merupakan langkah positif pertama menuju kesembuhan! Banyak orang yang
melakukan kesalahan sama berulang kali dan tidak pernah menyadari
kesalahannya. Kita perlu berdoa dan meminta hikmat pada Tuhan agar kita
peka dengan dosa sehingga kita cepat menyadari kesalahan kita.
Kedua, anak ini mengingat bahwa kasih bapanya lebih besar daripada
segala kesalahannya (ayat 18). Kita perlu memegang prinsip hidup ini:
Kasih Tuhan selalu lebih besar daripada segala kesalahan kita. Ini
bukanlah alasan untuk melakukan dosa, melainkan adalah suatu
pengharapan. Tuhan tidak pernah menolak orang yang datang kepadaNya,
berapapun besar kesalahannya. Tuhan tidak pernah memutuskan hubunganNya
dengan kita. Kitalah yang sering menolak dan meinggalkan Dia. Dia adalah
Maha Pengasih dan Maha Pengampun.
Ketiga, anak ini bangkit dan
pergi kepada bapanya (ayat 20). Bila kita tidak bangkit dari kesalahan
kita, maka pembaharuan tidak akan pernah terjadi. Selama kita mau
bangkit, kita tidak akan gagal. Kegagalan terjadi bila ita berhenti
mencoba. Pelajari kesalahan kita dan apa yang membuat kita gagal, supaya
hal tersebut tidak terulang lagi.
Pertobatan melibatkan kesadaran, iman, dan juga tindakan nyata.
Lukas 15 menceritakan tentang seorang anak yang melakukan kesalahan dalam hidupnya. Ia meminta harta warisan dari ayahnya, menghamburkannya dengan berfoya-foya, dan akhirnya menjadi melarat. Tapi, kisah ini tidak berhenti sampai di sini. Di dalam Tuhan selalu ada pengharapan. Bagaimana sikap anak yang bungsu ini dalam menghadapi kesalahannya?
Pertama, ayat 17 mengatakan bahwa ia menyadari kesalahannya. Kesadaran merupakan langkah positif pertama menuju kesembuhan! Banyak orang yang melakukan kesalahan sama berulang kali dan tidak pernah menyadari kesalahannya. Kita perlu berdoa dan meminta hikmat pada Tuhan agar kita peka dengan dosa sehingga kita cepat menyadari kesalahan kita.
Kedua, anak ini mengingat bahwa kasih bapanya lebih besar daripada segala kesalahannya (ayat 18). Kita perlu memegang prinsip hidup ini: Kasih Tuhan selalu lebih besar daripada segala kesalahan kita. Ini bukanlah alasan untuk melakukan dosa, melainkan adalah suatu pengharapan. Tuhan tidak pernah menolak orang yang datang kepadaNya, berapapun besar kesalahannya. Tuhan tidak pernah memutuskan hubunganNya dengan kita. Kitalah yang sering menolak dan meinggalkan Dia. Dia adalah Maha Pengasih dan Maha Pengampun.
Ketiga, anak ini bangkit dan pergi kepada bapanya (ayat 20). Bila kita tidak bangkit dari kesalahan kita, maka pembaharuan tidak akan pernah terjadi. Selama kita mau bangkit, kita tidak akan gagal. Kegagalan terjadi bila ita berhenti mencoba. Pelajari kesalahan kita dan apa yang membuat kita gagal, supaya hal tersebut tidak terulang lagi.
Pertobatan melibatkan kesadaran, iman, dan juga tindakan nyata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.