Nats: Roma 12:16
Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu
memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada
perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai!
Setiap kali mendengar tentang perselisihan di gereja, saya merasa
ngeri. Saat saya dan istri pergi makan bersama dengan seorang teman yang
melayani sebagai pendeta, ia menceritakan kepada kami beberapa hal yang
menjadi sumber pertengkaran orang-orang di gerejanya. Orang-orang
kristiani bertentangan satu sama lain hanya karena masalah-masalah
seperti : warna karpet, makanan/konsumsi, pengaturan AC, sound system,
warna cat, apakah paduan suara sebaiknya pakai jubah atau tidak,
pemilihan alat musik, dll.
Sebagai akibatnya, banyak pendeta atau orang Kristiani terpaksa
meninggalkan gereja karena berbagai perselisihan seperti di atas.
Orang-orang kristiani saling memutuskan hubungan persahabatan. Gereja
terpecah karena jemaat meributkan hal-hal semacam itu.
Mengapa
hal ini terjadi ? Mereka yang terlibat dalam pertengkaran karena masalah
sepele seperti tersebut di atas telah melupakan fungsi gereja yang
sesungguhnya. Gereja adalah tempat kita beribadah, membaca firman Tuhan,
bernyanyi untuk kemuliaan Allah, melayani orang lain, dan saling
membantu untuk bertumbuh bersama demi mencapai kedewasaan penuh dalam
iman. Gereja seharusnya menjadi tempat yang penuh kasih, pengampunan,
dan pengharapan.
Dalam suratnya kepada Jemaat di Efesus, Rasul
Paulus menjelaskan tentang kesatuan tujuan (baca: Efesus 4:1-16) yang
dapat membantu kita mengatasi berbagai perbedaan pendapat tanpa
mengakibatkan perpecahan. Ia tahu betul bahwa keinginan yang egois,
kepentingan pribadi, dan sikap pilih kasih, serta merasa diri paling
benar dapat menimbulkan perpecahan/malapetaka (baca: 1 Korintus 3:1-9).
Sebagai warga gereja, marilah kita kembalikan fungsi gereja sebagai
tempat yang bebas dari perselisihan dengan mengingat fungsi gereja yang
sebenarnya. Ingatlah selalu bahwa gereja yang adalah tubuh Kristus, yang
merupakan kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu.
Mengapa ? Karena orang-orang Kristiani yang suka berselisih satu sama
lain mencerminkan “sosok” yang tidak dapat berdamai dengan Bapa Sorgawi.
Sebagai akibatnya, banyak pendeta atau orang Kristiani terpaksa meninggalkan gereja karena berbagai perselisihan seperti di atas. Orang-orang kristiani saling memutuskan hubungan persahabatan. Gereja terpecah karena jemaat meributkan hal-hal semacam itu.
Mengapa hal ini terjadi ? Mereka yang terlibat dalam pertengkaran karena masalah sepele seperti tersebut di atas telah melupakan fungsi gereja yang sesungguhnya. Gereja adalah tempat kita beribadah, membaca firman Tuhan, bernyanyi untuk kemuliaan Allah, melayani orang lain, dan saling membantu untuk bertumbuh bersama demi mencapai kedewasaan penuh dalam iman. Gereja seharusnya menjadi tempat yang penuh kasih, pengampunan, dan pengharapan.
Dalam suratnya kepada Jemaat di Efesus, Rasul Paulus menjelaskan tentang kesatuan tujuan (baca: Efesus 4:1-16) yang dapat membantu kita mengatasi berbagai perbedaan pendapat tanpa mengakibatkan perpecahan. Ia tahu betul bahwa keinginan yang egois, kepentingan pribadi, dan sikap pilih kasih, serta merasa diri paling benar dapat menimbulkan perpecahan/malapetaka (baca: 1 Korintus 3:1-9).
Sebagai warga gereja, marilah kita kembalikan fungsi gereja sebagai tempat yang bebas dari perselisihan dengan mengingat fungsi gereja yang sebenarnya. Ingatlah selalu bahwa gereja yang adalah tubuh Kristus, yang merupakan kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu. Mengapa ? Karena orang-orang Kristiani yang suka berselisih satu sama lain mencerminkan “sosok” yang tidak dapat berdamai dengan Bapa Sorgawi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.