Maka
berbicaralah ia, katanya: "Inilah firman TUHAN kepada Zerubabel bunyinya:
Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku,
firman TUHAN semesta alam. (Zak. 4:6)
Secara umum kehidupan Musa bisa dibagi menjadi tiga tahap:
40 Tahun Pertama,
ia
memiliki segala-galanya. Sebagai pangeran Mesir ia dididik dalam segala
kecakapan: pengetahuan, ketatanegaraan, kemiliteran dan sebagainya. Sebab itu
ia punya kepercayaan diri tinggi. Ia merasa terpilih sebagai penyelamat
bangsanya dan berusaha melakukan itu dengan kekuatannya sendiri. Namun ia
gagal. Ia ditolak umat Israel
dan dikejar-kejar Firaun untuk dibunuh. Musa terpaksa melarikan diri ke Midian.
40 Tahun Kedua,
Musa
merasa tidak memiliki apa-apa. Ketika Tuhan menyatakan diri kepadaNya di padang gurun dan
bertanya, “Apa yang ada di tanganmu?” Musa menjawab, “Tongkat.” Ia tidak punya
apa-apa, selain tongkat gembala yang tidak ada nilainya. Musa minder, kecil
hati dan tak berdaya untuk melaksanakan tugas yang begitu besar. Sebab itu ia
menolak panggilan Tuhan. Setelah dipaksa Tuhan, ia baru mau berangkat ke Mesir.
40 Tahun Ketiga,
Musa
sampai pada kesadaran, “Bersama Tuhan, aku bisa.” Ia tidak lagi mengandalkan
kemampuannya, tapi bersandar penuh pada kuasa Tuhan. Tongkat Musa diubah
menjadi ‘tongkat Allah’ dan menjadi alat untuk membuat tanda-tanda mujizat.
Pada tahap itulah Musa mengalami pernyataan kuasa Allah yang luar biasa.
Kita sering kali mengandalkan kemampuan kita sendiri: kecerdasan, kecakapan, kekayaan atau kehebatan sendiri. Namun tanpa Tuhan, semua itu sia-sia. Sertakan Tuhan, maka kelemahan Anda akan diubah menjadi kekuatan dan potensi Anda akan berkembang maksimal.
Tanpa Tuhan, sehebat apapun potensi kita, kita bukan siapa-siapa.
Bersama
Tuhan, tak ada sesuatu pun yang terlalu sulit bagi kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.