Sabtu, 08 September 2012

Bukan Kekuatanku


Maka berbicaralah ia, katanya: "Inilah firman TUHAN kepada Zerubabel bunyinya: Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam. (Zak. 4:6)

Secara umum kehidupan Musa bisa dibagi menjadi tiga tahap:

40 Tahun Pertama,
ia memiliki segala-galanya. Sebagai pangeran Mesir ia dididik dalam segala kecakapan: pengetahuan, ketatanegaraan, kemiliteran dan sebagainya. Sebab itu ia punya kepercayaan diri tinggi. Ia merasa terpilih sebagai penyelamat bangsanya dan berusaha melakukan itu dengan kekuatannya sendiri. Namun ia gagal. Ia ditolak umat Israel dan dikejar-kejar Firaun untuk dibunuh. Musa terpaksa melarikan diri ke Midian.

40 Tahun Kedua,
Musa merasa tidak memiliki apa-apa. Ketika Tuhan menyatakan diri kepadaNya di padang gurun dan bertanya, “Apa yang ada di tanganmu?” Musa menjawab, “Tongkat.” Ia tidak punya apa-apa, selain tongkat gembala yang tidak ada nilainya. Musa minder, kecil hati dan tak berdaya untuk melaksanakan tugas yang begitu besar. Sebab itu ia menolak panggilan Tuhan. Setelah dipaksa Tuhan, ia baru mau berangkat ke Mesir.

40 Tahun Ketiga,
Musa sampai pada kesadaran, “Bersama Tuhan, aku bisa.” Ia tidak lagi mengandalkan kemampuannya, tapi bersandar penuh pada kuasa Tuhan. Tongkat Musa diubah menjadi ‘tongkat Allah’ dan menjadi alat untuk membuat tanda-tanda mujizat. Pada tahap itulah Musa mengalami pernyataan kuasa Allah yang luar biasa.

Kita sering kali mengandalkan kemampuan kita sendiri: kecerdasan, kecakapan, kekayaan atau kehebatan sendiri. Namun tanpa Tuhan, semua itu sia-sia. Sertakan Tuhan, maka kelemahan Anda akan diubah menjadi kekuatan dan potensi Anda akan berkembang maksimal.

Tanpa Tuhan, sehebat apapun potensi kita, kita bukan siapa-siapa.
Bersama Tuhan, tak ada sesuatu pun yang terlalu sulit bagi kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.