Marah atau
amarah, sebuah sifat yang kadang jauh dari kebaikan.
Semua orang bisa marah
tapi semua orang tidak mau dimarahi atau bahkan melihat orang marah-marah. Rasa
marah harus benar-benar dijauhi, karena sesungguhnya amarah yang muncul dari
dalam diri kita hanya akan menjadikan diri kita hina, karena apa ?, karena akan
mengharuskan kita minta maaf atas sebuah amarah yang kita keluarkan.
Kemarahan
hanya akan mengobarkan kembali rasa dendam yang sudah
dipendam dan selanjutnya akan melahirkan dendam-dendam baru, dan ini akan
menggiring kita pada kedengkian. Setiap karakter individu memiliki sifat
kemarahan yang berbeda-beda, kemarahan orang bijak terletak pada perbuatannya
sedangkan kemarahan orang jahil pada ucapannya. Orang bijak ketika marah maka
nampak pada perilakunya, ia cenderung diam, karena ia tahu bahwa dalam kondisi
emosi maka akan lebih baik untuk tidak mengambil keputusan apapun, termasuk
ucapan. Beda halnya dengan orang jahil, begitu marah maka umpatan kata-kata
kasar akan keluar dari mulutnya yang menandakan bagaimana cara ia dalam
berpikir dan beretika.
Ada yang
berpendapat bahwa amarah merupakan salah satu jenis kegilaan, karena ketika
kita dikuasai oleh amarah kadang kita telah bisa diri. Diibaratkan sebuah
penyakit, orang yang marah-marah mungkin bisa disebut penderita, dan ia akan
merasakan penyesalan setelah marah-marah. Apabila seseorang tidak merasa
menyesal setelah ia marah, maka itu berarti gilanya telah pemanen. Bahkan ada
pula yang bilang, “orang yang tak dapat menahan diri dari marah, maka ia telah
mempercepat kematiannya”.
Ibarat lain
marah adalah api yang berkobar; orang yang berusaha menekan amarahnya berarti
berusaha memadamkan api, dan orang yang mengumbarnya adalah orang yang terbakar
didalamnya, dan itu berarti pula bisa membesarkan api-api (amarah) lain yang
terpengaruh oleh api amarahnya. Kita harus benar-benar terus berjaga dari
jilatan api amarah, senantiasa selalu kita persiapkan air kesabaran untuk
melawan api amarah tersebut.
Orang yang
tidak mampu menguasai amarahnya, maka hampir bisa dipastikan tak dapat
menguasai pikirannya. Seseorang yang masih bisa mengendalikan dirinya meskipun
masih dalam desakan amarah dan penuh kesabaran, insya Allah, Allah akan
memenuhi hatinya dengan ketenangan dan keimanan.
Para pemikir
dan orang-orang bijak berpendapat, bahwa orang yang gagah itu bukanlah orang
yang gagah di dalam medan pertempuran, melainkan orang yang dapat mengendalikan
dirinya ketika ia marah.
Semoga hati dan pikiran kita terus terjaga dari
amarah…. Amiiin.
- Riris Ernaeni kata penulis AMSAL : seorang pemarah sebenarnya seorang yang BODOH 1 November 2013 pukul 8:48 ·
- Samuel Harsono Amsal Lagi : orang yang bisa menguasai diri,seperti seorang pahlawan yang mengalahkan kota 15 November 2013 pukul 18:14 ·
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.