Jumat, 20 Maret 2015

Mengenal dan Mengubah Perilaku

Kebaktian minggu sudah selesai, bapak pendeta berdiri di depan pintu keluar dan menyalami anggota jemaat yang berjalan keluar dari ruang kebaktian.

Wajah-wajah yang biasa sepertinya sudah dikenalnya dengan baik, dan sudah saling mengenal satu sama lain. Laki-laki, perempuan, tua, muda, dan wajah-wajah yang akrab dengan kesehariaannya. 

Dia tidak pernah menyangka bahwa dibalik wajah-wajah yang biasa itu mungkin tersembunyi sesuatu yang sebenarnya tidak biasa. Kita akan mencoba melihat beberapa saja dari sekian banyak orang yang mungkin bisa kita temuai di Gereja kita. 

Nama-nama ini jelas fiktif, tetapi karakternya mungkin anda kenal dengan sangat baik. Kita tidak bermaksud buruk mengungkap karakter-karakter itu disini, kita juga tidak bermaksud mengatakan bahwa tingkah laku-tingkah laku ini jahat atau baik, yang kita lakukan hanya sekedar mengenali motivasi-motivasi yang mendorong tingkah laku tersebut atau tingkah laku tertentu. Lagfi pula contoh-contoh proses terbentuknya tingkah laku yang dicantumkan disini tidak konprehensif, hanya merupakan salah satu contoh dari banyak proses. Mungkin kita bisa membaca atau berkaca dan melihat diri kita tercermin dalam karakter-karakter ini; untuk amannya anggap saja ini adalah karakter orang-orang yang ada di gereja saya.

Tokoh-tokoh ini dapat dinamai :
  • Si Penuntut Kesempurnaan ( Perfectionismist )
  • Si Tukang Pamer Tubuh ( Exhibisionist )
  • Si Omong Besar ( Babler )
  • Si Gila Kerja ( Workaholic)
  • Si Sok Dewasa ( Pseudomatur )

A.     Si Penuntut Kesempurnaan ( Perfectionismist )

Laura adalah ibu rumah tangga yang sangat rajin dan pandai menata rumah, keadaan rumahnya sering membuat iri ibu-ibu rumah tangga lain di sekitar tempat tinggalnya. Bapak-bapak yang berkunjung sering pula melontarkan pujian, bahkan rumah Laura dijadikan standar kerapihan  rumah di lingkungan RW-nya. Pokoknya semua orang yang pernah berkunjng ke rumah Laura pasti mengakui bahwa Laura adalah ibu rumah tangga teladan dalam hal kerapian dan kebersiohan rumah.

Di rumahnya tidak ada barang yang terletak tidak pada tempatnya. Jangan harap menemukan debu di rak buku atau di mana saja. Pot kembang dan kembangnya tertata rapih, rumput di halamannya terpotong rapih, semua serba rapih. Kalau ada perlombaan kerapihan dan kebersihan rumah sampai tingkat kecamatan, Laura pasti akan tampil menjadi juaranya.

Memang kalau melihat keadaan rumah itu orang-orang pasti akan iri atau kagum, tetapi orang-orang tidak mungkin atahu apa yang harus dibayar oleh Laura, suaminya dan anak-anaknya untuk semua itu. Boleh dikatakan Laura menghabiskan seluruh hidupnya untuk mengurus rumah. Mulai bangun pagi pukul lima pagi sampai waktu tidur pada jam sepuluh malam, waktunya hanya aiisi untuk mengurus rumah, hanya diselang sedikit waktu untuk berbelanja sayuran dari penjaja sayuran keliling. Makan pagi, mencuci piring, mmembereskan tempat tidur, menyapu, mengepel, makan siang, mencuci piring, mmembereskan tempat tidur dan tidur. Waktui yang digunakan oleh masing-masing kegiatan ini sudah ditentukan dengan ketat. Misalnya mencuci piring-piring bekas makan mereka diperlukan waktu setengah jam, dengan membilas tidak kurang dari tiga kali. Simgkatnya segala sesuatu harus dilakukan menurut aturan yang tetap, dan dengan sangat sempurna.

Hal ini sebenarnya sudah mulai terbentuk sejak Laura masih kecil, Laura lahir dalam keluarga yang sederhana, Ayahnya seorang pegawai nnegri yang biasa yang pekerjaannya biasa-biasa saja dan gajinya pas-pasan. Ibunya ibu rumah tangga biasa yang tidak memiliki keistimewaan. Keluarganya tidak terlalu ambisi untuk mencapai kesuksesan ekonomi atau karier atau lebih tepat lagi keluarganya melihat tidak ada kesempatan untuk mencapai karier yang diikuti kesuksesan ekonomi seperti kebanyakan keluarga lain. Karena itu keluarga ini sudah melepaskan harapan untuk mencapai kesuksesan dalam karier dan ekonomi. Hanya satu hal yang sangat ditekankan dalam keluarga ini kerapian dan kebersihan, semua anggota keluarga harus berpakaian rapih dan bersih walaupun sederhana. Ayahnya akan sangat marah kalau ada perabotan yang tidak pada tempatnya atau kalau anak-anaknya berpakaian kurang rapi.

Setelah bekerja Laura mempertahankan tradisi keluarga ini, ketika itulah dia bertemu dengan Hartono yang sekarang menjadi suaminya. Hartono adalah General Manager di tempat Laura bekerja, jauh sekali tingkatnya, Hartono dari keluarga kaya dan maju, sungguh perbedaan yang nyata sekali. Sebetulnya Laura sendiri merasa gamang ketika Hartono mulai mendekatinya. Dia tidak terlalu cantik, tidak pula terlalu pandai, bukan pula dari keluarga kaya, karena itu Laura agak ragu untuk menanggapi perhatian Hartono. Walaupun dia sebenarnya tidak terlalu suka menata rumah, dirumahnya ibunyalah yang melakukan semua pekerjaan rumahnya, dia mulsi mencurahkan lebih banyak waktunya untuk mengurus rumah, hal itu ternyata berhasil bahkan ketika mereka menikah, Hartono menyuruhnya berhenti bekerja dan memusatkan perhatiannya pada megurus rumah.

B.      Si Tukang Pamer Tubuh. ( Exhibisionist )

Nora adalah type wanita yang sering anda jumpai di pusat-pusat perbelanjaan. Biasanya dia suka memakai pakaian super ketat atau super minim. Tidak jarang anda melihatnya memakai rok super mini yang memamerkan pahanya yang memang mulus. Tentu saja gaya berpakaiannya mengundang pandangan orang-orang, khususnya kaum lelaki. Dan Nora merasa sangat senang kalau orang-orang memandanginya, ada rasa bangga kalau orang-orang khususnya kaum lelaki sampai berdesis dan menoleh beberapa kali ketika berpapasan dengannya. Latar belakang apakah yang membuat Nora melakukan  adegan semua itu?

Nora dilahirkan dari seorang ibu yang merasa kurang aman dengan keberadaannya. Pada masa mudanya ibunya adalah seorang wanita yang cantik, tetapi kurang pandai bergaul dan kurang luas wawasannya, dia merasa bahwa daya tariknya terletak pada kecantikan dan fisiknya yang bagus. Ketika semakin menua secara alami daya tarik fisiknya semakin berkurang sehingga rasa percaya dirinya makin menyusut. Sejalan dengan bertambahnya umur ibu Nora merasa perhatian orang terhadapnya semakin berkurang; beruntunglah dia dikaruniai seorang anak putri yang cantik, Nora.

Ibunya menggunakan kecantikan Nora untuk menarik kembali perhatian orang-orang yang sudah semakin berkurang. Dan satu-satunya cara yang diketahuinya adalah dengan  mempercantik puterionya itu. Sejak kecil Nora sudah dibiasakan didandani dengan cantik sekali. Kecantikan gadis kecil itu sunguh-sungguh memikat orang-orang yang melihatnya. Hal ini membuat sang ibu merasa sedikit lebih percaya diri karena merasa paling tidak dia dapat menarik kembali perhatian orang-orang melalui anak perempuannya. Nora sendiri sangat menikmati perhatian orang-orang itu, dia merasa bangga kalau orang-orang memuji-muji kecantikannya.

Sayangnya Nora kecil hanya dibiasakan dengan dandanan tetapi kurang dipersiapkan dengan hal-hal lain yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat. Akhirnya Nora bertumbuh mmenyerupai ibunya, cantik dan kurang otaknya. Ironisnya kombinasi ini justru sangat disukai oleh kaum lelaki akibatnya Nora merasa bahwa tidak menjadi masalah kalau wawasannya sempit asalkan dia tetap cantik, karena itu Nora selalu berusaha menonjolkan kecantikannya. Bahkan Nora melangkah lebih jauh lagi, dia tidak puas hanya menunjukan bagian-bagian yang memang wajar dipertunjukan, dia bahkan berusaha menunjukan bagian-bagian yang menurutnya lebih memikat. Dia mulai memakai pakaian-pakaian super ketat dan super minim. Akibatnya sungguh  drastis dan di luar dugaan, dia mebuat banyak lelaki terpesona. Sungguh nikmat rasanya melihat tikaman sorot mata lelaki yang seprti mau menelanjangi dirinya.

C.      Si Omong Besar ( Babler )

Mungkin anda pernah bertemu dengan alberto. Mudah sekali mengenali pria ini, tiap kali bercakap-cakap dengan temannya dia selalu memiliki topik-topik yang  luar biasa. Dia tidak pernah menceritakan hal-hal yang biasa-biasa selalu yang luar biasa. Dia tidak suka kalau orang lain memiliki cerita yang lebih hebat dari ceritanya. Apapun yang anda ceritakan dia siap menceritakan pengalamannya yang lebih hebat dari itu. Bila anda bercerita bahwa anda pernah menginap di suatu hotel yang cukup mahal maka dia akan langsung menyambung cerita anda dengan menceritakan pengalamannya sendiri menginap di hotel yang lebih mahal lagi. Kalau anda pernah ke tempat yang sangat seram, dia pernah ke tempat yang lebih seram dari yang pernah kita kunjungi.

Kebiasaan ini sudah dimulai dari masa kanak-kanak, sebagai ana kecil Alberto memperhatikan  bahwa teman-teman lebih tertarik kepada cerita-cerita yang luar biasa, dia memperhatikan bahwa teman-teman yang punya pengalaman-pengalaman yang luar biasa misalnya pergi ke rumah hantu, atau naik jet-coaster, lebih mendapat perhatian dibandingkan dengan teman-temannya yang ingin mendengarkan cerita-ceritanya. Ketika Alberto bertumbuh, dia menyadari bahwa dia tidak banyak memiliki keistimewaan, secara fisik dia biasa-biasa saja, kemampuan intelektualnya tidak menonjol. Satu-satunya yang dapat menarik perhatian teman-temannya adalah kemampuannya bercerita, karena itu dia terus mempertahankan kebiasaannya menceritakan hal-hal yang luar biasa; bahkan dia mulai mencurahkan lebih banyak waktunya untuk menceritakan cerita-cerita yang luar biasa. Semakin lama hal itu semakin menjadi kebutuhan baginya bahkan ketika dia sudah menyelesaikan kuliahnya dan bekerja sebagai pegawai yang biasa-biasa saja di perusahaan yang biasa-biasa saja dia tetap menceritakan cerita-cerita yang luar biasa. Untuk mendukung kebiasaanya itu Alberto sering melakukan perjalanan-perjalanan, gajinya yang tidak terlalu banyak sebagian terpakai untuk biaya-biaya perjalanannya itu.

Alberto sangat merasa puas karena perjalanan-perjalanan itu memberinya bahan cerita yang tidak pernah ada habis-habisnya; sebenarnya itu hanya perjalanan-perjalanan yang biasa tetapi dengan ketrampilannya bercerita Alberto membuatnya menjadi petulangan-petualangan yang menakjubkan. Sayangnya ketrampilannya bercerita tidak disertai kemampuan untuk menuangkan cerita-cerita itu kedalam bentuk tulisan.

D.     Si Gila Kerja ( Workaholic )
 
Mungkin Anton adalah seoang yang paling rajin di Gereja kita. Dia sangat bergairah mengerjakan semua pekerjaan yang dipercayakan kepadanya. Baik di kantor, di rumah, maupun di Gereja. Semua pekrjaan yang diserahkan kepadanya dilakukannya dengan semangat dan diselesaikan secepatnya. Karena itu dia hampir selalu duduk dalam kepanitiaan-kepanitiaan baik di kantor maupun di gerejanya. Kerajinannya dan kecakapannya juga membuat dia memiiki kedudukan yang lumayan di kantor, orang-orang menyukai dia selama menyangkut soal pekerjaan; tetapi semua orang sependapat bahwa tidak ada orang yang merasa dekat sekali dengan dia, ada jarak yang tidak kelihatan tetapi dirasakan oleh semua orang termasuk oleh istri dan anak-anaknya.

Anton dibesarkan oleh seorang ayah yang tidak pandai mengungkapkan perasaannya dan tidak pandai menangani masalah dalam hubungan dengan sesama, kalau ada masalah ayahnya tidak berani mendiskusikannya dan mencari jalan keluarnya bersama-sama. Dia lebih suka menghindar dan menyibukan dirinya dengan pekerjaannya. Akibatnya banyak persoalan-persoalan di dalam kelarganya yang tidak terselesaikan, antara anggota-anggota kelarga tidak ada hubungan yang sungguh-sungguh hangat dan terbuka dan semua anggota keluarga tidak terlatih untuk menyelesaikan persoalan atau perselisihan.

Anton kecil mengamati bahwa selama ayahnya menyibukan diri dalam pekerjaan suasana rumah menjadi tidak terlalu tegang, karena itu Anton memutuskan untuk mengikuti contoh ayahnya, setiap kali ada masalah dalam keluarganya Anton akan membenamkan dirinya di meja belajarnya, sehingga masalah itu tidak mengganggunya. Sesudah dia bekerja Anton juga melihat bahwa dia dapat menghindari banyak masalah dan ketegangan  dengan cara  menyibukan dirinya dengan pekerjaan-pekerjaannya, pikiranya dibuat terlalu sibuk  sehingga tidak ada lagi tempat untuk memikirkan persaingan-persaingan dan intrik-intrik diantara teman-teman sekerjanya. Hal ini sangat menyenangkan atasannya, sehingga Anton mendapat promosi dan posisi yang cukup baik.

E.      Si Sok Dewasa ( Pseudomatur )

Anda mungkin heran bahwa saya masih menemukan kekurangan di dalam diri Tony. Anda merasa Tony adalah orang yang paling sempurna dan paling matang di Gereja kita. Dia begitu tenang tidak banyak bicara dan selalu bersedia untuk mendengarkan orang lain yang bercerita kepadanya berjam-jam. Pada masa dimana jarang sekali ada orang mau mendengarkan orang lain, Tony pastilah berkah Tuhan yang paling besar bagi Gereja kita; mungkin begitu. Tetapi marilah kita melihat sejenak lebih dalam kepada motivasi dan latar belakang sikap Tony ini.

Sejak kecil Tony termasuk seorang yang jenius, dia mulai membaca pada umur tiga setengah tahun, karena itu orang tuanya memasukannya ke sekolah pada umur empat tahun. Sampai selesai Sekolah Dasar Tony tidak terlalu mengalami masalah walaupun tubuhya paling kecil diantara seluruh teman-teman sekelasnya; ketika mulai masuk Sekolah Menengah Pertama mulailah timbul masalah, tubuhnya tetap paling kecil diantara semua temannya, sedangkan teman-teman SMP-nya kebanyakan adalah teman-teman baru yang tidak mengenalnya sejak SD; tony sering dianggap aneh ada anak sekecil ini nyelip diantara anak-anak SMP, akibatnya teman-temannya sering / selalu memperlakukannya sebagai anak bawang. Apalagi kalau mereka sudah ngobrol tentang wanita, ya maklum anak seumur teman-teman Tony itu memang baru mulai tertarik dengan lawan jenis, sedangkan tentu saja Tony belum memasuki tahap itu. Dia juga belum terbiasa dengan pembicaraan remaja yang seperti itu. Akibatnya seringkali memberikan komentar yang salah dan sering ditertawakan teman-temannya kalau mereka sedang bicara tentang teman-teman wanitanya.

Pada mulanya Tony masih terus berusaha nimbrung dalam pembicaraan-pembicaraan remaja itu tetapi karena terus menerus menjadi bahan tertawaan, akhirnya dia memilih lebih banyak diam. Kalau teman-temannya mulai memasuki pembicaraan remaja Tony akan diam saja dan menjadi pendengar, kelihatannya hal itu menolong dia untuk menghindarkan diri dari kemungkinan ditetawakan. Setelah mempraktekan gerakan tutup mulut ini, dia selamat dari ejekan teman-temannya.

Hal ini mendorong Tony untuk meneruskan kebiasaan itu. Semakin lama dia semakin banyak diam dan berpikir daripada ikut bicara. Ternyata sikap ini memberikan keuntungan bagi Tony, dia dianggap lebih dewasa dari teman-teman sebayanya oleh karena kebiasannya berdiam diri dan berpikir ketika teman-teman lain sedang ngobrol tentang hal-hal yang remeh. Dia juga dapat melihat betapa remehnya hal-hal yang dibicarakan oleh teman-temannya itu. 

Karena itu dia tidak pernah lagi tertarik untuk ikut nimbrung bicara, kalaupun dia ikut nimbrung komentarnya yang dewasa jelas-jelas menunjukan betapa kekanak-kanakannya teman-temannya itu, dia merasa puas kalau dapat menunjukan kepada teman-temannya betapa dangkal pembicaran-pembicaraan mereka. Orang-orang yang belum terlalu mengenalnya mungkin sangat menyukainya, karena dia lebih suka menedengarkan ketika orang lain lebih suka didengarkan. Dia lebih suka mendengakan karena dia takut kalau-kalau dia mengatakan sesuatu yang bodoh sehingga akan ditertawakan, dia juga mendengar untuk mengumpulkan fakta tentang teman bicaranya, kalau dia sudah mengetahui semua fakta  tentang teman bicaranya dia merasa lebih berkuasa dan aman.

ANALISA :

Kita telah melihat beberapa karakter orang-orang di sekitar kita. Karakter-karekte itu terbentuk karena kebiasaan-kebiasaan.
Kebiasaan-kebiasaan ini bukan terbentuk begitu saja, melalui pertimbangan-pertimbangan tentang untung ruginya bagi individu yang melakukannya. Dalam memutuskan tingkah laku-tingkah laku apa yang akan diwujudkan individu-individu tersebut lebih dimotivasi oleh ketakutan-ketakutan, yaitu ketakutan akan kehilangan kasih sayang orang lain, ketakutan akan ditolak oleh orang-orang yang dikasihinya.

Ketakutan bukan merupakan motivasi yang baik selama perbuatan kita dimotivasi oleh ketakutan. Kita tidak dapat berinteraksi dengan tulus, akibatnya hubungan yang terjalin adalah hubungan yang dangkal, dan semu untuk jangka pendek  hubungan seperti itu mungkin tidak jadi masalah. Tetapi dalam jangka panjang seperti dalam pernikahan, hubungan yang dangkal dan semu pada akhirnya tidak akan dapat bertahan. Ada dua kemungkinan terhadap hubungan seperti itu :

  • Hubungan seperti itu pada akhirnya akan hancur.
  • Setelah melalui pengalaman yang menyakitkan, orang-orang yang terlibat dalam hubungan itu akan menyadari bahwa mereka tidak dapat terus bertahan dalam hubungan yang dangkal dan semu, dan mereka masuk hubungan yang lebih dalam dan tulus.

MENGUBAH PERILAKU YANG MENYIMPANG :

Kita sudah melihat bahwa perilaku yang menyimpang terbentuk karena motivasi yang keliru. Perilaku yang menyimpang bukan disebabkan pengaruh genetis ataupun biologis. Perilaku yang menyimpang adalah sesuatu yang dapat diubah, walaupun semakin lama perilaku itu semakin sulit pula untuk mengubahnya.
  • Langkah pertama untuk mengubah perilaku yang menyimpang adalah: mengenali apa yang menjadi motivasi di belakang perilaku itu.
  • Langkah kedua  mengakui bahwa motivasi itu keliru dan meminta ampun atas hal itu. Kita perlu mengakui bahwa kitalah yang bertanggung jawab untuk setiap perbuatan kita yang tidak berkenan kepada Allah.
  • Langkah ketiga  mengenal motivasi yang benar dari Firman Allah, yaitu untuk mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia.
  • Langkah keempat  memohon pertolongan Roh kudus untuk mengalaskan setiap perbuatan dan tingkah laku diatas motivasi yang benar.
  •  Langkah kelima  melatih menerapkan tingkah laku yang berdasarkan motivasi yang benar.
Langkah-langkah di atas lebih mudah untuk dituliskan daripada untuk dilaksanakan, tetapi Allah sudah menyediakan pertolongan untuk orang-orang yang sungguh-sungguh ingin mentaati FirmanNya. Allah bekerja melalui FirmanNya yang tertulis, melalui karya Roh kudus, maupun melalui sesama orang yang percaya. 

Kelompok Pa atau kelompok sel atau kelompok sharing atau apapun nama yang dipakai untuk menyebutkan kelompok orang yang bersama-sama mempelajari Firman Allah yang merupakan sarana penting yang sanggup menolong untuk mengubah tingkah laku yang menyimpang.

Friendship Book :
Cindaga, 24 Oktober 1997

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.