EMPAT MITOS PENGGUNAAN TEKNOLOGI DI GEREJA
Gereja telah
menggunakan teknologi di sepanjang sejarah: papirus, mesin cetak, piano,
organ, pencahayaan, mikrofon, gitar, drum, dan proyektor video. Lalu,
dengan kehadiran internet, kita memunyai teknologi-teknologi yang lebih
baru seperti situs-situs, jejaring sosial melalui Facebook, dan pesan
singkat (SMS) lewat ponsel atau telepon genggam.
Bagaimana kita
menggunakan teknologi dengan baik?
Kita akan mengawali dengan
melenyapkan empat mitos umum tentang penggunaan teknologi di gereja.
1. "Jika Anda membuatnya, mereka akan datang."
Tidak
seperti itu. Yang dimaksudkan di sini adalah membuat situs, blog, forum
diskusi, siaran iPod, akun Twitter, atau halaman penggemar Facebook.
Kehadiran Anda secara digital tidak akan secara otomatis dilihat oleh
banyak orang hanya dengan eksistensi tersebut. Orang-orang memilih apa
yang akan mereka perhatikan berdasarkan relevansi (terhadap situasi
mereka), nilai (yang meningkatkan kehidupan mereka), dan kepercayaan
(yang berasal dari reputasi atau nama baik penyedia konten atau
teman-teman yang mengarahkan mereka kepada hal itu). Kehadiran Anda
secara "daring" [dalam jaringan/online, Red.] akan membutuhkan promosi
yang lebih sering menggunakan media tradisional sebagaimana juga metode
"getok tular" (dari mulut ke mulut).
2. "Cara ini tidak membutuhkan biaya apa pun."
Memang
benar, beberapa perangkat "daring" tidak membutuhkan biaya apa pun
dalam penggunaannya, namun menggunakan teknologi dapat menghabiskan
biaya yang lebih besar daripada uang. Ada biaya terus-menerus berupa
tenaga untuk menghasilkan isi yang segar dan relevan. Ada juga waktu
yang diperlukan dalam menjalin hubungan dengan komunitas "daring" Anda,
melibatkan diri dalam percakapan-percakapan, dan menanggapi
pertanyaan-pertanyaan. Bahkan melalui perangkat "daring" dan aplikasi
internet gratis ada biaya tersembunyi yang tidak sesuai dengan sasaran
gereja Anda dan dapat membingungkan audiensi Anda.
3. "Hanya generasi yang lebih muda yang menggunakan jejaring sosial."
Sebuah
penelitian memberitahukan bahwa 64 persen pengguna Twitter dan 61
persen pengguna Facebook berusia 35 tahun ke atas. "Pew Research Center"
dari Internet & American Life Project menemukan bahwa 38 persen
orang dewasa berusia 65 tahun ke atas melakukan aktivitas "daring".
Untuk mempergunakan teknologi dengan lebih baik, Anda harus mau bertemu
orang-orang yang telah terhubung secara "daring", dan Anda harus mau
memberi pelatihan menggunakan perangkat "daring" yang tepat untuk
melayani komunitas yang sudah ada.
4. "Teknologi dapat menggantikan hubungan dalam kehidupan nyata."
Teknologi
tidak boleh menggantikan hubungan dalam kehidupan nyata. Anda dapat
menggunakan teknologi dalam cara yang memperkaya hubungan dalam
kehidupan nyata untuk tetap terhubung dalam pertemuan-pertemuan tatap
muka di gereja. Perangkat "daring" melakukan dua hal: memperlihatkan dan
memampukan. Teknologi dapat memperlihatkan kecenderungan seseorang,
entah itu sebuah sikap pengasingan diri ataupun kecanduan. Teknologi
juga dapat memampukan seseorang untuk berkomunikasi dengan lebih banyak
orang melalui lebih banyak cara tanpa terkekang oleh ruang dan waktu.
Dengan
melenyapkan mitos-mitos tersebut, kita dapat belajar untuk
mempergunakan teknologi bersama-sama secara lebih baik, untuk berbagi
cerita tentang apa yang sedang terjadi, apa yang belum terjadi, dan
membicarakan apa yang sedang kita pikirkan, sehingga kita dapat membuat
keputusan-keputusan di masa depan dengan pengetahuan tentang teknologi.
Tidak
pernah ada kata terlambat untuk mengawali mengintegrasikan teknologi
sebagai bagian pelayanan gereja Anda. Akan tetapi, semakin lama Anda
menunggu, semakin banyak kesempatan yang hilang dalam menjalin hubungan
dengan orang-orang yang hidupnya tergantung akan teknologi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.